Penemuan-Penemuan yang Menggunakan Teori Fisika part 2 (Bahan Bakar dari Ampas Tebu)

Bahan Bakar Dari Ampas Tebu

PALEMBANG - Berangkat dari keprihatinan kian minimnya persediaan sumber bahan bakar di Tanah Air, Dr Ir Djoni Bustan, M Eng (50), pengajar di Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang, menciptakan bahan bakar dari berbagai bahan. Ia membuat bahan bakar mulai dari minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, minyak jarak, sampai ampas tebu.


Selain memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang sudah ada di pasaran, temuan pria berpenampilan kalem ini juga memiliki berbagai keunggulan. Bahan bakar yang dihasilkannya seperti biogasoline, biokerosin, dan biodiesel yang diproses oleh tiga reaktor, mampu mengubah trigliserida menjadi senyawa parafin, olefin, naftene dan aromatik (PONA).

Umumnya, bahan bakar diesel dari bahan baku yang ada memakai proses transesterifikasi yang menghasilkan metil ester. Hasilnya tidak siap pakai, perlu campuran, sehingga hasil senyawa fisiknya tidak mirip dengan bahan bakar diesel di pasaran. Lain halnya dengan temuan suami dari Sri Haryati ini, yang juga pengajar di Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

"Hasil kita ini siap pakai, karena mesin yang dipakai untuk memproses mampu mengubah CPO menjadi PONA. Minyak biodisel yang dihasilkan pun mempunyai aromatik dan octan number lebih tinggi dari yang ada di pasaran (milik Pertamina). Kualitasnya pun lebih baik," ujar Djoni belum lama ini.

Mengolah bahan bakar dari CPO harus dengan alat pengolah khusus yang terdiri atas dua jenis, yakni alat yang mengolah CPO menjadi pengganti solar dan bensin, serta pengolahannya menjadi pengganti minyak tanah dengan peralatan sederhana yang diciptakannya berupa tungku pemanas, pipa, dan reaktor yang berbahan dasar stainless steel.
Untuk memprosesnya, CPO dimasukkan ke dalam reaktor pemanas listrik dengan panas 60 derajat Celcius selama 60 menit, dan secara kontinyu yang kelak menghasilkan cairan senyawa alkana dengan unsur mendekati solar. Cairan senyawa alkana kemudian dimurnikan melalui proses destilasi dan adsorpsi sehingga menghasilkan minyak biodiesel yang sudah bisa digunakan sebagai bahan bakar tanpa harus dicampur dengan solar.
Cairan senyawa alkana tersebut juga masih bisa diproses menjadi bensin dengan memakai reaktor biogasolin melalui proses reaksi. Untuk 20 liter CPO bisa diolah menjadi bahan bakar setara 16 liter bensin," ujarnya.

Alat pengolah CPO menjadi minyak tanah terdiri atas tangki pengaduk, reaktor dekarbosilaksi, dan reaktor kerosin berbahan dasar stainless steel. Pengolahannya sendiri dengan suhu di bawah 150 derajat Celcius, sementara alat penghasil bensin berbahan baku ampas tebu dengan memakai teknik dimerisasi (penggabungan metanol) sehingga bubuk ampas diolah menjadi metanol (CH3OH).


Industri Kecil di Desa

Bahan bakar dari ampas tebu dan CPO ini, menurut Djoni yang kerap mengeluarkan koceknya sendiri untuk penelitian itu, sangat cocok dikembangkan menjadi industri kecil di pedesaan. Selain menyangkut taraf ekonomi, juga mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong usaha perkebunan.
Hanya saja ketersediaan bahan baku menjadi kendala karena tebu di Sumatera Selatan (Sumsel) hanya ada PTPN VII Ketiau, Ogan Ilir yang tidak sepanjang tahun panen. "Kondisi demikian belum me-mungkinkan untuk dijadikan industri massal rumah tangga," tuturnya.

Batu bara yang cukup melimpah di Sumsel dan hanya dimanfaatkan untuk bahan baku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dalam kreasi Djoni Bustan, bisa lebih bermanfaat lewat penciptaan reaktor osilasi dengan gelombang elektromagnetik (electromagnetic oscillated coal liquefied reactor).
Metode ini bisa dilakukan dengan alat sederhana kurang dari 45 menit dengan suhu di bawah 200 derajat Celcius. Proses ini dipandang efektif karena listrik yang digunakan hanya delapan volt. Proses itu akan berfungsi ganda.
Berat molekul batu bara akan berkurang sehingga bisa larut dalam pelarut, sementara hidrogennya ditingkatkan agar struktur kimia batu bara lebih pendek.

"Hasilnya, batu bara terbentuk menjadi minyak mentah yang dalam pengolahan lanjutan di kilang minyak bisa menghasilkan bensin, kerosin, dan solar," terangnya.

Namun dia mengakui, dari sisi ekonomi belum terlihat jelas, karena temuannya memang belum memasuki tahap demo plant melainkan baru tahap pilot plant setelah sebelumnya tahap skala laboratorium.

Nah, untuk sampai pada tahap demo plant, dibutuhkan dana tidak sedikit. Jika tahap demo plant seusai barulah bisa diproduksi secara massal. Tetapi di sinilah kendalanya. Beberapa investor memang sudah tertarik, namun belum mampunya pemerintah menjaga kestabilan harga CPO, membuat mereka menunda niatnya

Penemuan-Penemuan yang Menggunakan Teori Fisika part 1 (Alat Pemanggil Ikan)

Alat Pemanggil Ikan
Memanggil ikan di laut agar mendekat biar gampang terperangkap jaring maupun jala nelayan mungkin masih langka. Lalu Selamat Marta Dinata alias Memet (23) bisa menjawab kelangkaan itu. Dengan alat bikinannya yang mengeluarkan suara dan cahaya, ikan ditanggung bakal mendekati bunyi dan sinar itu.
“Saya sebut saja ‘API’ (alat pemanggil ikan), daripada susah-susah mikir,” ujar Memet mengenai nama rakitannya itu.
API terbuat dari komponen yang biasa digunakan sebagai bahan baku produk elektronik, seperti transistor frekuensi rendah, transformer (trafo frekuensi), piezo (penghasil/pengatur tingkat suara), kapasitor elektrolit dengan kertas sebagai filter RC (resistor-capasitor), dan lampu led super yang memproduksi suara.
Perangkat itu dilengkapi baterai, kemudian dimasukkan ke dalam tabung kedap air terbuat dari plastik kaca, yang biasanya digunakan sebagai wadah bumbu merica. “Dulunya pakai tupperware, meski suaranya konstan, karena tidak dilengkapi piezo,” tutur Memet mengungkap tahapan temuannya itu.
API, yang secara teknis komponennya lebih sempurna dibandingkan dengan alat sebelumnya itu, menghasilkan lengkingan frekuensi suara 10 kHz- 150 kHz dan jangkauan daya bias lampu mencapai 200-500 meter pada malam hari. Dari hasil uji coba alat yang dimasukkan pada kedalaman laut dua-tiga meter di perairan Batu Nampar, Lombok Timur, diketahui bahwa yang memburu suara dan sinar itu adalah udang lobster, ikan layar dan kapas, kepiting, serta ikan-ikan kecil.
API itu digantungkan pada jaring angkat yang diletakkan sekitar 6-10 meter kedalaman laut. Sekitar 15-30 menit setelah alat diaktifkan, kawanan ikan berdatangan, jaring pun diangkat pelan-pelan, sehingga ikan itu kena serok. Malah dengan frekuensi 45 kHz- 90 kHz, alat tersebut dikatakan mampu memanggil ikan sepanjang satu jengkal dan selebar lima jari orang dewasa.
Memet menciptakan temuannya itu setelah terinspirasi oleh tayangan televisi yang menyiarkan beragam temuan teknologi, seperti bagaimana memanggil anjing dan kelelawar dengan memakai frekuensi ultrasonik. “Anjing pelacak bisa dipanggil dengan peluit yang bila ditiup tidak terdengar kuping manusia karena frekuensinya di bawah 30 kHz. Batas frekuensi yang tertangkap genderang telinga manusia maksimal-minimal 30 kHz,” ucapnya. Sedangkan “memanggil-mengusir tikus dan nyamuk, saya ketahui dari buku ilmiah,” ujarnya lagi. Memet yang saat itu masih kelas I Sekolah Teknik Menengah (STM) Wiraswasta Cimahi, Bandung, Jawa Barat, tergugah. “Jika binatang bisa dipanggil, mengapa pola yang sama tidak diterapkan pula pada ikan?” ucapnya.
Anak pertama dari empat bersaudara pasangan Lalu Kartawinata (almarhum)-Neneng Herawati ini lalu memulai proses kreatifnya. Dia lantas membeli radio, amplifier, dan televisi rongsokan di pasar loak yang harganya rata-rata Rp 1.500-Rp 5.000 per unit, dengan menyisihkan jatah uang jajannya. Barang elektronik itu dibongkar, komponennya yang masih layak pakai dirakit lagi.
Dia juga mempelajari perilaku ikan yang gemar mengejar dan mengelompok pada plankton yang mengeluarkan cahaya berkedap-kedip di malam hari, sehingga “di mana ada sinar, di situ biasanya banyak ikan. Dan, sebagai pengganti cahaya plankton, saya gunakan lampu led super yang kilatannya 500 meter per 0,5 detik sampai satu detik di dalam air, seperti kilatan lampu blitz,” tuturnya.
Setelah setahun berkutat dengan peranti elektronik, Memet berhasil merakit alat yang diinginkan saat di kelas II. “Tinggal di mana alat ini saya uji coba,” tuturnya.
Beruntung dia punya teman yang berasal dari Desa Cihampelas, Kecamatan Cililin, Bandung, yang memiliki beberapa petak kolam ikan air tawar. Memet diizinkan menggunakan dua petak kolam. Kolam pertama diisi ikan, kolam kedua tanpa ikan, hanya berisi air yang disalurkan melalui saluran dari kolam pertama. Alat ciptaannya itu dicelupkan ke kolam yang kosong ikan, dan sekitar 15 menit kemudian ikan di kolam pertama menyerbu kolam kedua melalui saluran tadi.
Memet tampaknya belum puas bila alat itu cuma digunakan di kolam di darat. Dia ingin agar ‘API’-nya dapat dimanfaatkan dalam skala yang lebih luas, yaitu di laut, guna membantu para nelayan. Niat itu dilatarbelakangi oleh “wilayah negara kita sebagian besar berupa kepulauan”, juga kehidupan nelayan yang serba susah, sementara hasil tangkapannya sebatas untuk membiayai hidup satu-dua hari.
Saking terdesak oleh tuntutan hidup, tidak sedikit nelayan yang berpikir pendek, seperti meracik bahan tertentu kemudian dipakai untuk ngebom, atau memakai potasium. Pola seperti itu menjadikan ekologi dan ekosistem laut rusak.
Hanya saja, niat Memet tak begitu saja kesampaian. Selain dia tak punya biaya, tempat tinggalnya di Bandung relatif jauh dari laut. “Kita baru ketemu laut empat jam perjalanan dari Bandung,” ujarnya. Baginya, Bandung kurang memungkinkan untuk mengimplementasikan alatnya itu.
Akhirnya, setelah tamat STM, Memet pulang ke tanah kelahirannya di Lombok, tinggal di rumah bibinya di Jalan Gunung Kawi, Mataram. Lombok, atau Nusa Tenggara Barat (NTB), yang secara geografis sebagian besar wilayahnya berupa laut, memberi peluang besar baginya untuk memasyarakatkan temuannya itu.
“Di Lombok, jalan dalam hitungan menit, kita sudah sampai laut,” katanya. Betapapun, dia harus bekerja keras mencari kawan dan relasi untuk memperkenalkan temuan dan pengakuan dari banyak kalangan. Awal tahun 2002, dia mengajukan proposal ke Kantor Bappeda NTB, dengan harapan lembaga ini mau membiayai penelitian dan temuannya.
Tanggapan instansi itu positif dan dia diminta menunggu kabar lebih lanjut. Seraya menunggu kepastian, Memet mengajukan proposal yang sama ke Kantor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, yang kemudian merekrutnya sebagai tenaga kontrakan. Masa kontraknya berakhir Desember 2002. Melalui balai inilah Memet punya banyak kesempatan mewujudkan cita-cita membuat temuannya.
Memang, teknologi sederhana itu belum bisa digunakan secara massal kendati dari aspek efektivitasnya dinilai sudah layak. “Sebagai produk massal, kan, saya butuh detailnya. Misalnya, bila frekuensinya segini, jenis ikan apa yang mendekat,” katanya.
Memet yang lahir 1 Maret 1979 di Mataram merasa yakin, perusahaan di Tanah Air mampu memproduksi tabung-salah satu komponen yang sangat ia butuhkan-dengan mutu yang diperlukan untuk API-nya.
Ia mengharapkan teknologi sederhana itu dapat diproduksi secara massal, apalagi setelah ditotal, harga per unitnya dinilainya tidak terlalu mahal, sekitar Rp 200.000-Rp 250.000, sehingga dapat terjangkau para nelayan di Tanah Air yang kemampuannya sangat terbatas. Dengan alat ini, nantinya, pola penangkapan ikan secara destruktif bisa ditekan.
Memet kini bangga, sebab dari API, dia termasuk dalam 11 orang yang mendapat “Anugerah Teknologi Terapan” dari Pemerintah Provinsi NTB dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun NTB pada 17 Desember 2002. Namun, penghargaan itu bukanlah tujuan akhirnya.
Tahap berikutnya, “bagaimana para nelayan bisa membawa pulang ikan dengan menggunakan alat yang saya buat”, adalah cita-cita Memet, yang, meskipun masih dalam usia muda, mau memikirkan kehidupan rakyat kecil.

Manfaat Fisika dalam kehidupan sehari part 2 (EFEK DOPPLER)

oke guys ini adalah lagi manfaat dari ilmu fisika untuk masa depan yaitu pada Balapan motor,oke ga usa basah-basih lagi hehe,kita langsung ke TKP



Pernah nonton balap sepeda motor GP ? belum ? sama dunk… diriku juga belum pernah nonton secara langsung. Kalau nonton GP di TV sich pernah pernah nonton GP di TV ? wah, kalau dirimu suka kebut2an di jalan, pasti sering nonton… asyik ya kalau nonton balap motor. Balap di tikungan tajam kelihatan santai sekali… padahal motornya sedang ngebut… caranya bagaimana ya… dirimu bisa balap seperti itu ?
Btw, selain tontonan balap yang asyik dan mendebarkan, sebenarnya ada juga yang menarik… sempat dengar bunyi sepeda motor ketika sedang kebut-kebutan ? yupz.. ketika sepeda motor mendekati orang yang shooting balap (sepeda motor mendekati alat shooting – ingat ya, kita nonton hasil shooting melalui TV), bunyi motor melengking tinggi… ketika sepeda motor menjahui alat shooting, bunyinya menurun… mirip seperti bunyi efek gitar… jadi nada gitar meninggi lalu menurun. Kalau dirimu gitaris pasti nyambung dengan maksud gurumuda…
Bingun karena belum pernah mendengar bunyi balap sepeda motor ? nonton video di bawah terlebih dahulu biar nyambung…



Volume video dinaikkan terlebih dahulu biar bunyi terdengar jelas. Dengarkan bunyi motor ketika motor mendekati dan menjahui orang yang shooting (kita nonton video hasil shooting)… bunyi yang meninggi lalu menurun… sudah mendengar ? belum tuch… speakernya gak ada kali
Jika dirimu pernah nonton gp pasti sering mendengar bunyi seperti itu… nada bunyi motor meninggi ketika mendekati orang yang shooting lalu nada bunyi motor menurun ketika menjahui orang yang shooting… Nadanya meninggi dan menurun dengan cepat karena motornya ngebut. Kok bisa ? akan dijelaskan kemudian… Nah, bunyi yang nadanya meninggi lalu menurun seperti yang dibahas sebelumnya, dalam fisika dikenal dengan julukan efek Doppler (efek Doppler pada gelombang bunyi)… Istilah nada biasa digunakan dalam dunia musik; nada menyatakan ketinggian suatu bunyi… Sebaliknya dunia fisika menggunakan istilah frekuensi… istilahnya beda tapi maksudnya sama… Jadi jika dijelaskan dalam bahasa fisika, frekuensi bunyi motor meninggi ketika mendekati orang yang shooting lalu frekuensi bunyi motor menurun ketika menjahui orang yang shooting… ouww, gitu ya… yupz…
Masih banyak contoh efek Doppler gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari… Bisa bantu gurumuda menyebutkan contoh efek Doppler gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari ? masukkan lewat kolom komentar ya…
Btw mengapa nada bunyi motor balap atau frekuensi bunyi motor balap bisa berubah-ubah ? mengapa ketika motor mendekati orang yang shooting, frekuensi bunyi motor tersebut meninggi, sebaliknya ketika motor menjahui orang yang shooting, frekuensi bunyi motor menurun ? aneh ya… motor waktu balapan kok bisa berubah menjadi seperti senar gitar “normalnya” hanya frekuensi bunyi yang dihasilkan oleh alat musik, baik alat musik petik seperti gitar atau alat musik tiup seperti suling yang bisa berubah-ubah… oya, termasuk rongga suara kita. Ini dikarenakan rongga suara atau alat musik tersebut bisa menghasilkan gelombang berdiri. Gelombang berdiri bisa mempunyai banyak frekuensi… Kita bisa memainkan nada do re mi fa sol la si do pada alat musik. Kita manusia juga bisa menyanyikan do re mi fa sol la si do… do re mi fa sol dkk itu mempunyai nada alias frekuensi yang berbeda. Nah, sebaliknya frekuensi bunyi motor itu “normalnya” selalu tetap… yang berubah cuma keras lemahnya saja alias intensitasnya saja yang berubah… demikian juga sumber bunyi lainnya…

Manfaat Fisika dalam kehidupan sehari part 1 (GELOMBANG KEJUT,LEDAKAN SONIK)

Suara keras pesawat sukhoi milik TNI AU saat melakukan latihan sempat menggegerkan masyarakat, dan bahkan memecahkan kaca jendela salah satu rumah makan di Makassar, Kamis malam. Karena panik, pemilik rumah menghubungi polisi, 15 menit kemudian polisi yang dipimpin Kapolresta Makassar Timur, AKBP Mansyur datang dan langsung melakukan pemeriksaan dari serpihan kaca yang pecah. Kepanikan juga terjadi di Mall Panakkukang, salah satu Mall terbesar di Makassar. Hanya beberapa saat kejadian, baik pengunjung maupun pemilik gerai berlarian keluar toko. And Irsan, salah seorang pengunjung mall tersebut mengatakan, lantai mall tersebut sempat bergetar. “Saya bersama keluarga langsung lari keluar mall untuk menyelamatkan diri,” ujarnya. Sumber
Bunyi pesawat Sukhoi bisa sedahsyat itu ? Lantai mall saja bergetar, bagaimana duNK dengan lantai pesawat Sukhoi… wah, mudah-mudahan om pilotnya tidak ikut2an berhamburan keluar dari pesawat
Apakah efek di atas juga dirasakan dalam pesawat Sukhoi ? tidak… Om pilot dan pesawat Sukhoi baik-baik saja… Kenakalan Sukhoi tersebut hanya dirasakan oleh orang-orang yang diberitakan di atas. Kok bisa ? yupz… itu terjadi akibat pesawat Sukhoi terbang dengan laju supersonik (laju Sukhoi > laju bunyi) sehingga dihasilkan gelombang kejut dan ledakan sonik (sonic boom). Biar dirimu punya gambaran seperti apa ledakan sonik itu, silahkan nonton video di bawah terlebih dahulu…


Naikkan volume videonya, bila perlu sampai maksimum biar gemuruh bunyi pesawat didengar dengan jelas. Perhatikan bahwa “asap” muncul tiga kali ketika pesawat sedang terbang … “Asap” yang muncul pertama kali itu benar-benar asap… asap ini muncul dari knalpot pesawat ketika pesawat mulai meningkatkan lajunya… “Asap” yang muncul kedua kalinya dan ketiga kalinya adalah awan. Awan muncul pertama kali ketika laju pesawat = laju bunyi…. Bentuk awan tersebut mirip seperti muka gelombang yang berada di depan pesawat, sebagaimana tampak pada gambar di bawah… Titik titik merah pada gambar mewakili pesawat yang sedang bergerak ke kanan…



Ketika pesawat sedang terbang, pesawat tersebut mengeluarkan bunyi (Bunyi bisa muncul dari mesin pesawat atau gesekan badan pesawat dengan udara). Dengan kata lain, ketika sedang terbang, pesawat memancarkan gelombang bunyi ke segala arah… Puncak atau rapatan gelombang bunyi yang dipancarkan pesawat diwakili oleh muka gelombang yang digambarkan berupa garis berbentuk lingkaran… Jarak antara satu muka gelombang dengan muka gelombang berikutnya = panjang gelombang…
Ketika laju pesawat = laju gelombang bunyi, puncak gelombang bunyi yang merambat ke depan menumpuk di depan pesawat tersebut… Puncak atau rapatan gelombang bunyi yang berada di bagian depan pesawat saling tumpang tindih alias bersuperposisi… Akibatnya dihasilkan gelombang bunyi resultan yang mempunyai amplitudo besar dan posisi molekul molekul udara sangat rapat (kerapatan alias massa jenis bertambah, tekanan udara juga bertambah)… Karena amplitudo dan kerapatan bertambah (tekanan udara juga bertambah) maka intensitas bunyi juga bertambah. Intensitas bunyi berkaitan dengan keras lemahnya bunyi… semakin besar intensitas maka bunyi terdengar semakin keras. Bisa dikatakan bahwa ketika laju pesawat = laju bunyi, maka timbul bunyi yang amat keras…
Kerapatan udara di bagian depan pesawat sangat besar karenanya pesawat yang sedang terbang merasakan ada halangan yang menahan gerakannya… Halangan ini biasa disebut sebagai “halangan bunyi”. Setelah berhasil menembus “halangan bunyi” maka pesawat tersebut terbang dengan laju supersonik (laju pesawat lebih besar dari laju bunyi). Dalam video di atas, ketika pesawat mulai terbang dengan laju supersonik, tampak muncul awan yang berbentuk kerucut… Bentuk awan tersebut mirip seperti gambar di bawah… Titik titik merah mewakili pesawat yang sedang terbang.

Ketika bergerak dengan laju supersonik, pesawat tersebut selalu mendahului muka gelombang bunyi yang dipancarkannya… Pada gambar di atas, tampak muka gelombang bunyi berada di belakang pesawat…. Dari bagian kanan ke kiri tampak lingkaran muka gelombang semakin besar. Gambar ini sekedar menunjukkan bahwa seiring berlalunya waktu, ketika pesawat terus bergerak ke depan, muka gelombang bunyi yang dipancarkannya tadi mulai menyebar ke segala arah… Muka gelombang bunyi yang menyebar ke segala arah saling tumpang tindih alias bersuperposisi sepanjang sisi kerucut, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah.


Hasil tumpang tindih alias superposisi antara muka gelombang-muka gelombang menghasilkan gelombang bunyi resultan sepanjang sisi kerucut. Gelombang bunyi resultan sepanjang sisi kerucut dikenal dengan julukan gelombang kejut. Gelombang kejut mempunyai amplitudo besar. Dengan kata lain, udara sepanjang sisi kerucut mempunyai kerapatan tinggi, bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Karena kerapatan dan tekanan udara tinggi maka intensitas bunyi juga meningkat. Semakin tinggi intensitas bunyi, maka bunyi terdengar semakin keras. Bisa dikatakan bahwa gelombang kejut tersebut menghasilkan bunyi yang amat keras… Jika gelombang kejut ini tiba di permukaan bumi maka orang yang berada di permukaan bumi akan mendengar bunyi yang amat keras… Setelah tiba di permukaan tanah, gelombang kejut berubah menjadi gelombang seismik yang merambat dalam tanah dan menggetarkan tanah yang dilaluinya…
Perhatikan gambar di atas. Kita andaikan titik berwarna merah mewakili pesawat yang terbang dengan laju supersonik. Garis lurus sepanjang A, B, C dan D diandaikan sebagai permukaan tanah. Sekalipun pesawat sudah melewati C dan D, orang yang berada di C dan D belum mendengar ledakan sonik. Sebaliknya orang yang berada di A sudah mendengar ledakan sonik dan orang yang berada di B sedang mendengar ledakan sonik.
Gelombang kejut yang ditimbulkan oleh pesawat supersonik berada sepanjang sisi kerucut yang ujung tajamnya berada di belakang pesawat. Kerucut itu bangunan tiga dimensi (bandingkan dengan bentuk awan kerucut dalam video di atas). Kita andaikan dalam kerucut terdapat banyak segitiga. Kita bisa menentukan besar sudut, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah.




Titik berwarna merah pada gambar di atas mewakili pesawat. Misalnya mula-mula pesawat berada di A. Setelah melintasi A, pesawat memancarkan gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini mulai merambat dengan kecepatan vb dari A ke C, demikian juga dari A ke D. Pada saat yang sama pesawat bergerak dengan kecepatan vp dari A ke B. Setelah pesawat melewati B, gelombang yang merambat dari A tiba di C dan D. Dengan demikian, sudut yang dibentuk oleh sisi segitiga dan garis yang memotong segitiga bisa diperoleh menggunakan cara yang ditunjukkan pada gambar di atas…
Laju pesawat (atau benda apapun) relatif terhadap laju bunyi biasa dinyatakan dalam bilangan mach. Mach merupakan nama mantan fisikawan Austria, Ernst Mach (1838 – 1916). Kita andaikan laju bunyi sepanjang udara yang dilewati pesawat = 300 m/s. Jika sebuah pesawat terbang dengan laju 300 m/s maka pesawat tersebut terbang dengan laju 1 mach (laju pesawat/laju bunyi = (300 m/s) / (300 m/s) = 1 mach). Jika sebuah pesawat terbang dengan laju 600 m/s maka pesawat tersebut terbang dengan laju 2 mach. Dan seterusnya…
Sekian dan sampai jumpa lagi di episode berikutnya :-)